Koneksi
Antar Materi – Pembelajaran Berdiferensiasi
Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi
Oleh :
Popy Susilawati
SMA Negeri 2 Amlapura
Pembelajaran
berdiferensiasi
adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh
guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat
tersebut adalah yang terkait dengan:
a. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran
yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan
tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
b. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu
menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta
penilaian yang berbeda.
c. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar
yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan
belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu
bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
d. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas.
Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan
yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
e. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru
tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif
yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan,
atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang
ditetapkan.
Ciri-ciri/Karakteristik
pembelajaran berdiferensiasi adalah :
·
Menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar yang tinggi serta memastikan setiap murid mengetahui
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
·
Tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan murid. Dengan
mendefiniskan tujuan pembelajaran secara jelas bagi guru dan juga murid maka
akan memudahkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan serta memudahkan guru
mendesain strategi diferensiasi yang tepat.
·
Penilaian
yang berkelanjutan, mencakup penilaian yang dilakukan dari awal, sepanjang
proses dan akhir proses pembelajaran dan bagaimana guru menggunakan informasi
dari proses penilaian formatif sebagai panduan menentukan mana siswa yang masih
tertinggal dan yang sudah untuk mencapai target.
·
Bagaimana
merespon kebutuhan belajar berkaitan dengan penyesuaian rencana pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya, apakah perlu menggunakan
sumber atau resources, atau penugasan atau penilaian yang berbeda.
·
Manajemen
kelas yang efektif. Manajemen kelas yang efektif sangat berperan penting dalam
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Guru berperan penting dalam
hal tersebut dengan merencanakan, memperhatikan, membangkitkan minat, dan
memelihara perilaku siswa dalam belajar.
·
Menerapkan
strategi diferensiasi konten, proses atau produk dalam memenuhi kebutuhan
belajar murid. Pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi
pembelajaran yang tepat dari guru baik meliputi diferensiasi konten,
diferensiasi proses dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan
kebutuhan belajar murid.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu: Kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar
(readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang
mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona
nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang
memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan
belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran
berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau
pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Tombol-tombol dalam
equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas
6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat
yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang
baru, yang mungkin belum dikuasainya,
mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele
untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih
menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu,
mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat
mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan
pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah
mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih
rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut
berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi
seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
·
Konkret
- Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur
kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu
belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih
abstrak.
·
Sederhana
- Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan
materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin
bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
·
Terstruktur
- Open Ended
Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas
yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki
terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap
menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
·
Tergantung
(dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa
semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara
mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat
bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin
akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
·
Lambat
- Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam
suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia
kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin
akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik
yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2. MINAT MURID
Minat merupakan suatu
keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau
objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001:
53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan
antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
b. mendemonstrasikan keterhubungan antar semua
pembelajaran;
c. menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal
murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang
dikenal atau baru bagi mereka, dan;
d. meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
3. PROFIL BELAJAR MURID
Profil Belajar mengacu
pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari
mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara
natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara
tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar
kita sendiri. Padahal kita tahu setiap
anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat
penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait dengan banyak
faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
a. Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat
kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak
terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada
anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising,
terlalu terang, dsb.
b. Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif,
personal - impersonal.
c. Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih,
memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui
materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta,
graphic organizer );
auditori: belajar dengan mendengar (misalnya
mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak
dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk
menggunakan kombinasi gaya mengajar.
d. Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Guru dapat
mengidentifikasi kebutuhan murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah
beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi
kebutuhan belajar murid: mengamati perilaku murid-murid mereka; mengidentifikasi
pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari; melakukan penilaian
untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan
kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari
proses penilaian tersebut; mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid; mengamati
murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; bertanya
atau mendiskusikan permasalahan dengan murid; membaca rapor murid dari kelas
mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat
pencapaian murid sebelumnya; berbicara dengan guru murid sebelumnya; membandingkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau
keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini; menggunakan berbagai
penilaian penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam
level yang sesuai; melakukan survey
untuk mengetahui kebutuhan belajar murid; mereview dan melakukan refleksi
terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran mereka; dll.
Pembelajaran berdiferensiasi ini bisa
diterapkan di kelas dengan pemenuhan kebutuhan murid dengan menerapkan strategi
pembelajaran berdiferesiasi yaitu:
1) Diferensiasi
konten
Konten adalah apa
yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar
murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
Dalam konten, jenis informasi yang disiapkan harus sesuai dengan kesiapan
belajar murid. Bahan ajar yang sesuai dapat membantu murid untuk mengembangkan
pemahaman dan memperluas ide-ide dengan memberikan pertanyaan pemandu atau
tantangan. Saat belajar penting untuk siswa mempunyai pengetahuan awal tentang
hal yang akan dipelajari sebelum melihat keterhubungan antar materi. Untuk
siswa yang masih berada pada tahap konkret guru perlu menyiapkan bahan belajar
yang konkret seperti dengan menyiapkan media pembelajaran/alat peraga, untuk
siswa yang berada pada tahap abstrak (sudah mempunyai ide-ide atau mengetahui
konsep yang akan dipelajari) siswa dapat diminta langsung mengerjakan lembar
kerja. Setelah siswa sudah memahami informasi secara konkret siswa dapat
diarahkan untuk bergerak kearah yang lebih kompleks untuk melihat keterkaitan
antar materi.
Diferensiasi
konten dapat dilakukan dengan melihat minat murid. Murid diberi kebebasan dalam
mencari informasi sesuai dengan minat mereka. Diferensiasi konten berdasarkan
profil belajar murid dapat dilakukan dengan memastikan murid dapat mengakses
materi ajar sesuai dengan gaya belajarnya baik visual, auditori, maupun
kinestetik.
2) Diferensiasi
proses
Proses mengacu
pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai tentang materi yang akan
dipelajari. Setelah memetakan kebutuhan belajar murid, yang harus dicermati
adalah bagaimana kebutuhan tersebut terpenuhi serta bagaimana caranya, proses
seperti apa yang perlu disiapkan agar dapat mengetahui bahwa setiap murid
belajar, apakah siswa akan belajar mandiri atau berkelompok, seberapa banyak
jumlah bantuan yang dapat kita berikan pada setiap murid, siapa saja yang
memerlukan banyak bantuan dan siapa saja yang membutuhkan pertanyaan pemandu
sehingga murid dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus
dipertimbangkan dalam kcenario pembelajaran yang akan dirancang.
Cara melakukan
deferensiasi proses:
a). kegiatan
berjenjang, dimana setiap murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan
yang sama namun dilakukan dengan tingkat dukungan, tantangan, dan kompleksitas
yang berbeda-beda.
b) menyediakan
pertanyaan pemandu atau tantangan yang harus diselesaikan melalui sudut-sudut
minat, dengan demikian akan mendorong murid untuk mengeksplorasi berbagai
materi yang sedang dipelajari sesuai dengan minat murid.
c) membuat agenda
individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan
umum untuk seluruh kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan
individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka
murid dapat melihat agenda individual dan mengerjakan pekerjaan yang dibuat
khusus untuk mereka.
d) memvariasikan
lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Tujuannya untuk
memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya
mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.
e) mengembangkan
kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar murid baik visual,
auditori maupun kinestetik.
f) menggunakan
pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat
murid.
3) Diferensiasi
produk
Tentang tagihan apa yang
diharapkan pada murid. Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang
harus ditunjukkan pada guru. Produk adalah sesuatu yang berwujud hasil dari apa
yang dilakukan/dipelajari murid, dapat berupa tulisan, hasil tes, pertunjukan,
presentasi, pidato, rekaman, diagram, video, dll. Yang paling penting produk ini harus
mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Sebelum menentukan penugasan produk ini perlu terlebih dahulu
mempertimbangkan tentang kebutuhan belajar murid. Penugasan produk harus
membantu murid baik secara individu maupun kelompok, menggunakan atau
memperluas apa yang mereka pelajari pada perode waktu tertentu. Produk ini
penting bukan hanya untuk mewakili pemahaman dan aplikasi yang lebih luas
tetapi juga merupakan elemen penting kurikulum yang langsung dapat dimiliki
oleh murid. Diferensiasi produk meliputi dua hal, yaitu memberi tantangan dan
keragaman/variasi dan memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat
mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk
menentukan ekspektasi seperti apa yang diharapkan dari murid, kualitas
pekerjaan seperti apa yang diinginkan, diantaranya menentukan: a) kualitas
pekerjaan apa yang diinginkan; b) konten apa yang harus ada pada produk; c)
bagaimana cara mengerjakan; dan d) sifat dari produk akhir apa yang diharapkan.
Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu hasil belajar yang optimal karena pembelajaran ini sudah dirancang dengan melakukan pemetaan kebutuhan murid terlebih dahulu sehingga fasilitas pembelajaran apa yang murid butuhkan akan terpenuhi. Pembelajaran dirancang dengan strategi diferensiasi konten, proses dan produk yang dibuat berdasarkan hasil pemetaan murid berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.
Pembelajaran diferensiasi dapat memenuhi kebutuhan
belajar murid dan membantu murid ketika :
·
Rancangan pembelajaran
diferensiasi yang dibuat oleh guru cukup kuat untuk melibatkan dan menantang
murid dalam belajar di kelas, sehingga murid-murid akan menjadi siswa yang
proaktif.
·
Tugas-tugas yang
diberikan pada perencanaan diferensiasi bersifat kualitatif bukan kuantitatif,
artinya kita tidak memberikan tugas dalam jumlah yang berbeda ketika ada siswa
yang memiliki kesiapan belajar yang berbeda-beda melainkan sifat dari tugas itu
yang berbeda
·
Penilaian tidak lagi
fokus pada penilaian akhir (asesmen sumatif) tetapi mulai dari asesmen
diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif ketiganya terlaksana dengan
baik, bahkan lebih baik lagi jika porsi asesmen formatif lebih besar, sebab
asesmen formatif ini lebih menekankan pada proses, dan proses jauh lebih
penting dibandingkan nilai akhir karena di proses itu terdapat penilaian
terhadap kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa.
·
Dalam pembelajaran
diferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terjadap konten, proses, dan
produk. Dengan menggunakan pendekatan terhadap konten, proses dan produk itu
akan mendorong pertumbuhan siswa dalam usaha mereka mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, serta untuk memajukan atau meningkatkan proses
pembelajaran di kelas.
·
Pembelajaran diferensiasi
dirancang berpusat kepada murid.
·
Pembelajaran diferensiasi
dirancang dengan memadukan pembelajaran dari seluruh kelas, kelompok atau
individual.
·
Guru berkolaborasi dengan
murid secara kontinu sehingga mengubah peluang belajar menjadi lebih efektif.
“Pendidikan itu hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki
lakunya hidup dan tumbuhnya kekuataan kodrat anak” (KHD, 1936, Dasar-Dasar
Pendidikan, hal.1, paragraf 5). Ini menunjukkan peran kita sebagai pendidik,
dimana setiap anak sudah memiliki kodratnya sendiri tugas kita hanya menuntun
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ketika kita
menyampaikan sesuatu di kelas banyak potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Tugas kita hanya sebagai penjelas yang dimiliki peserta didik. Berdasarkan pemikiran
KHD kita hanya penuntun yang memberikan ruang untuk mengembangkan minat dan
bakat yang dimiliki peserta didik. Murid dapat bebas menentukan sumber belajar
yang mereka sukai. Mereka bebas bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Penerapan
mencari sumber belajar dari berbagai bentuk menjadi salah satu hal yang dapat
segera diterapkan. Peserta didik dapat mencari sumber informasi dari mana saja,
anak yang suka teknologi dapat mencari melalui internet dan handphone, ataupun
mema;ui media social, anak yang memiliki kemampuan membaca tinggi dapat
mealalui buku yang bisa mereka dapatkan di perpustakaan ataupun koleksi buku
pribadi. Peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan imajinatif dapat
mencari inspirasi dilingkungan sekitar. Biarkan semuanya beredar di garisnya
masing-masing untuk menemukan bakat mereka.
Peran kita sebagai Calon Guru Penggerak Selain memiliki
nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid seorang
guru penggerak juga harus memilki peran berikut yang pertama Menjadi pemimpin pembelajaran yaitu
menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait dengan
pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, assesmen,
pengembangan guru, serta komunitas sekolah, dll. Disini kita menjadi contoh
perubahan dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Kedua Menggerakkan komunitas praktisi yaitu
berpartisifasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk rekan guru baik di
sekolah maupun wilayahnya. Mengajak rekan sejawat untuk menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi agar kebutuhan belajar murid dapat terwadahi. Ketiga Menjadi
coach bagi guru lain yaitu harus mampu mendeteksi potensi yang bisa ditingkatkan
dari rekan sejawatnya untuk bersama menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Keempat
Mendorong kolaborasi antar guru
yaitu melakukan kolaborasi serta mampu memetakan kebutuhan belajar murid para
pemangku kepentingan di sekolah (serta luar sekolah), serta membangun dialog
antar para pemangku kepentingan tersebut. Kelima Mewujudkan kepentingan murid yaitu mampu mampu memunculkan motivasi
murid sehingga dapat mewujudkan kemandirian dalam belajar dengan memfasilitasi
semua kebutuhan belajarnya juga mampu mendidik karakter murid di sekolah untuk
menerapkan profil pelajar pancasila.
Kita memiliki visi yang ingin diwujudkan subjek utama
dari visi yang kita miliki adalah murid. Dengan terwujudnya siswa yang unggul berprofil pelajar pancasila diharapkan nantinya mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta sukses menjadi pemimpin- pemimpin masa depan sesuai
dengan bidang keahliannya masing-masing. Kita harus berkolaborasi dengan semua
pihak.
Dalam
penerapan budaya positif kita membuat keyakinan kelas prosesnya merupakan salah
satu cara untuk memetakan kebutuhan murid. Mereka diberikan ruang dan wadah
untuk menyampaikan kebutuhan belajarnya. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi
merupakan cara yang efektif sebagai wujud merdeka belajar dimana murid
diberikan ruang untuk mengembangkan minat, bakat dan potensi yang mereka miliki
dengan disediakan wadah untuk mengembangkan potensi tersebut.