Jumat, 18 Februari 2022 0 komentar

Koneksi Antar Materi - Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi Modul 2.1

 

Koneksi Antar Materi – Pembelajaran Berdiferensiasi

 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh :

 Popy Susilawati

SMA Negeri 2 Amlapura

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

a.       Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.

b.      Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

c.       Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

d.      Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

e.       Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Ciri-ciri/Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi adalah :

·         Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi serta memastikan setiap murid mengetahui selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

·         Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan murid. Dengan mendefiniskan tujuan pembelajaran secara jelas bagi guru dan juga murid maka akan memudahkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan serta memudahkan guru mendesain strategi diferensiasi yang tepat.

·         Penilaian yang berkelanjutan, mencakup penilaian yang dilakukan dari awal, sepanjang proses dan akhir proses pembelajaran dan bagaimana guru menggunakan informasi dari proses penilaian formatif sebagai panduan menentukan mana siswa yang masih tertinggal dan yang sudah untuk mencapai target.

·         Bagaimana merespon kebutuhan belajar berkaitan dengan penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya, apakah perlu menggunakan sumber atau resources, atau penugasan atau penilaian yang berbeda.

·         Manajemen kelas yang efektif. Manajemen kelas yang efektif sangat berperan penting dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Guru berperan penting dalam hal tersebut dengan merencanakan, memperhatikan, membangkitkan minat, dan memelihara perilaku siswa dalam belajar.

·         Menerapkan strategi diferensiasi konten, proses atau produk dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. Pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi pembelajaran yang tepat dari guru baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar murid.

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu: Kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

Kesiapan Belajar


Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. 

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Tombol-tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

Bersifat mendasar - Bersifat transformatif

Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru,  yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang  jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut.  Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.

·         Konkret - Abstrak

Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.

·         Sederhana - Kompleks

Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.

·         Terstruktur - Open Ended

Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

·         Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)

Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

·         Lambat - Cepat

Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.

Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).

2. MINAT MURID


Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:                 

a.       membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;

b.      mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;

c.       menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;

d.      meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur,  menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual.  Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.

3. PROFIL BELAJAR MURID



Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

a.       Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. 

b.      Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

c.       Preferensi gaya belajar.

Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru.  Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );

auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik);

kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.

d.      Preferensi berdasarkan kecerdasan  majemuk (multiple  intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.

Guru dapat mengidentifikasi kebutuhan murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid: mengamati perilaku murid-murid mereka; mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik  yang akan dipelajari; melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut; mendiskusikan kebutuhan murid  dengan orang tua atau wali murid; mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid; membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya; berbicara dengan guru murid sebelumnya; membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini; menggunakan berbagai penilaian penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang  sesuai; melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid; mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka; dll.

Pembelajaran berdiferensiasi ini bisa diterapkan di kelas dengan pemenuhan kebutuhan murid dengan menerapkan strategi pembelajaran berdiferesiasi yaitu:

1)      Diferensiasi konten

Konten adalah apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Dalam konten, jenis informasi yang disiapkan harus sesuai dengan kesiapan belajar murid. Bahan ajar yang sesuai dapat membantu murid untuk mengembangkan pemahaman dan memperluas ide-ide dengan memberikan pertanyaan pemandu atau tantangan. Saat belajar penting untuk siswa mempunyai pengetahuan awal tentang hal yang akan dipelajari sebelum melihat keterhubungan antar materi. Untuk siswa yang masih berada pada tahap konkret guru perlu menyiapkan bahan belajar yang konkret seperti dengan menyiapkan media pembelajaran/alat peraga, untuk siswa yang berada pada tahap abstrak (sudah mempunyai ide-ide atau mengetahui konsep yang akan dipelajari) siswa dapat diminta langsung mengerjakan lembar kerja. Setelah siswa sudah memahami informasi secara konkret siswa dapat diarahkan untuk bergerak kearah yang lebih kompleks untuk melihat keterkaitan antar materi.

Diferensiasi konten dapat dilakukan dengan melihat minat murid. Murid diberi kebebasan dalam mencari informasi sesuai dengan minat mereka. Diferensiasi konten berdasarkan profil belajar murid dapat dilakukan dengan memastikan murid dapat mengakses materi ajar sesuai dengan gaya belajarnya baik visual, auditori, maupun kinestetik.

 

2)      Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai tentang materi yang akan dipelajari. Setelah memetakan kebutuhan belajar murid, yang harus dicermati adalah bagaimana kebutuhan tersebut terpenuhi serta bagaimana caranya, proses seperti apa yang perlu disiapkan agar dapat mengetahui bahwa setiap murid belajar, apakah siswa akan belajar mandiri atau berkelompok, seberapa banyak jumlah bantuan yang dapat kita berikan pada setiap murid, siapa saja yang memerlukan banyak bantuan dan siapa saja yang membutuhkan pertanyaan pemandu sehingga murid dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam kcenario pembelajaran yang akan dirancang.

Cara melakukan deferensiasi proses:

a). kegiatan berjenjang, dimana setiap murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan yang sama namun dilakukan dengan tingkat dukungan, tantangan, dan kompleksitas yang berbeda-beda.

b) menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang harus diselesaikan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan mendorong murid untuk mengeksplorasi berbagai materi yang sedang dipelajari sesuai dengan minat murid.

c) membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk seluruh kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka murid dapat melihat agenda individual dan mengerjakan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka.

d) memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Tujuannya untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.

e) mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar murid baik visual, auditori maupun kinestetik.

f) menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid.

 

3)      Diferensiasi produk

Tentang tagihan apa yang diharapkan pada murid. Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan pada guru. Produk adalah sesuatu yang berwujud hasil dari apa yang dilakukan/dipelajari murid, dapat berupa tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, video, dll.  Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebelum menentukan penugasan produk ini perlu terlebih dahulu mempertimbangkan tentang kebutuhan belajar murid. Penugasan produk harus membantu murid baik secara individu maupun kelompok, menggunakan atau memperluas apa yang mereka pelajari pada perode waktu tertentu. Produk ini penting bukan hanya untuk mewakili pemahaman dan aplikasi yang lebih luas tetapi juga merupakan elemen penting kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid. Diferensiasi produk meliputi dua hal, yaitu memberi tantangan dan keragaman/variasi dan memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspektasi seperti apa yang diharapkan dari murid, kualitas pekerjaan seperti apa yang diinginkan, diantaranya menentukan: a) kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; b) konten apa yang harus ada pada produk; c) bagaimana cara mengerjakan; dan d) sifat dari produk akhir apa yang diharapkan.

 

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu hasil belajar yang optimal karena pembelajaran ini sudah dirancang dengan melakukan pemetaan kebutuhan murid terlebih dahulu sehingga fasilitas pembelajaran apa yang murid butuhkan akan terpenuhi. Pembelajaran dirancang dengan strategi diferensiasi konten, proses dan produk yang dibuat berdasarkan hasil pemetaan murid berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.

Pembelajaran diferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu murid ketika :

·         Rancangan pembelajaran diferensiasi yang dibuat oleh guru cukup kuat untuk melibatkan dan menantang murid dalam belajar di kelas, sehingga murid-murid akan menjadi siswa yang proaktif.

·         Tugas-tugas yang diberikan pada perencanaan diferensiasi bersifat kualitatif bukan kuantitatif, artinya kita tidak memberikan tugas dalam jumlah yang berbeda ketika ada siswa yang memiliki kesiapan belajar yang berbeda-beda melainkan sifat dari tugas itu yang berbeda

·         Penilaian tidak lagi fokus pada penilaian akhir (asesmen sumatif) tetapi mulai dari asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif ketiganya terlaksana dengan baik, bahkan lebih baik lagi jika porsi asesmen formatif lebih besar, sebab asesmen formatif ini lebih menekankan pada proses, dan proses jauh lebih penting dibandingkan nilai akhir karena di proses itu terdapat penilaian terhadap kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa.

·         Dalam pembelajaran diferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terjadap konten, proses, dan produk. Dengan menggunakan pendekatan terhadap konten, proses dan produk itu akan mendorong pertumbuhan siswa dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, serta untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

·         Pembelajaran diferensiasi dirancang berpusat kepada murid.

·         Pembelajaran diferensiasi dirancang dengan memadukan pembelajaran dari seluruh kelas, kelompok atau individual.

·         Guru berkolaborasi dengan murid secara kontinu sehingga mengubah peluang belajar menjadi lebih efektif.

“Pendidikan itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuataan kodrat anak” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 5). Ini menunjukkan peran kita sebagai pendidik, dimana setiap anak sudah memiliki kodratnya sendiri tugas kita hanya menuntun untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ketika kita menyampaikan sesuatu di kelas banyak potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Tugas kita hanya sebagai penjelas yang dimiliki peserta didik. Berdasarkan pemikiran KHD kita hanya penuntun yang memberikan ruang untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik. Murid dapat bebas menentukan sumber belajar yang mereka sukai. Mereka bebas bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Penerapan mencari sumber belajar dari berbagai bentuk menjadi salah satu hal yang dapat segera diterapkan. Peserta didik dapat mencari sumber informasi dari mana saja, anak yang suka teknologi dapat mencari melalui internet dan handphone, ataupun mema;ui media social, anak yang memiliki kemampuan membaca tinggi dapat mealalui buku yang bisa mereka dapatkan di perpustakaan ataupun koleksi buku pribadi. Peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan imajinatif dapat mencari inspirasi dilingkungan sekitar. Biarkan semuanya beredar di garisnya masing-masing untuk menemukan bakat mereka.

Peran kita sebagai Calon Guru Penggerak Selain memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid seorang guru penggerak juga harus memilki peran berikut yang pertama Menjadi pemimpin pembelajaran yaitu menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, assesmen, pengembangan guru, serta komunitas sekolah, dll. Disini kita menjadi contoh perubahan dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Kedua Menggerakkan komunitas praktisi yaitu berpartisifasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk rekan guru baik di sekolah maupun wilayahnya. Mengajak rekan sejawat untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi agar kebutuhan belajar murid dapat terwadahi.  Ketiga Menjadi coach bagi guru lain yaitu harus mampu mendeteksi potensi yang bisa ditingkatkan dari rekan sejawatnya untuk bersama menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Keempat Mendorong kolaborasi antar guru yaitu melakukan kolaborasi serta mampu memetakan kebutuhan belajar murid para pemangku kepentingan di sekolah (serta luar sekolah), serta membangun dialog antar para pemangku kepentingan tersebut. Kelima Mewujudkan kepentingan murid yaitu mampu mampu memunculkan motivasi murid sehingga dapat mewujudkan kemandirian dalam belajar dengan memfasilitasi semua kebutuhan belajarnya juga mampu mendidik karakter murid di sekolah untuk menerapkan profil pelajar pancasila.

Kita memiliki visi yang ingin diwujudkan subjek utama dari visi yang kita miliki adalah murid. Dengan terwujudnya siswa yang unggul berprofil pelajar pancasila diharapkan nantinya mampu menyesuaikan diri dengan   perkembangan   ilmu   dan   teknologi   serta   sukses   menjadi   pemimpin- pemimpin masa depan sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Kita harus berkolaborasi dengan semua pihak.

Dalam penerapan budaya positif kita membuat keyakinan kelas prosesnya merupakan salah satu cara untuk memetakan kebutuhan murid. Mereka diberikan ruang dan wadah untuk menyampaikan kebutuhan belajarnya. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi merupakan cara yang efektif sebagai wujud merdeka belajar dimana murid diberikan ruang untuk mengembangkan minat, bakat dan potensi yang mereka miliki dengan disediakan wadah untuk mengembangkan potensi tersebut.








Rabu, 09 Februari 2022 0 komentar

 

Modul 2.1.a.4.1 Forum Diskusi-Eksplorasi Konsep




1.   Informasi atau fakta apa yang disampaikan dalam video dan artikel tersebut?

a.       Video 1

Informasi atau fakta yang disampaikan tentang tiga strategi diferensiasi, yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

1)      Diferensiasi konten

Konten adalah apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Dalam konten, jenis informasi yang disiapkan harus sesuai dengan kesiapan belajar murid. Bahan ajar yang sesuai dapat membantu murid untuk mengembangkan pemahaman dan memperluas ide-ide dengan memberikan pertanyaan pemandu atau tantangan. Saat belajar penting untuk siswa mempunyai pengetahuan awal tentang hal yang akan dipelajari sebelum melihat keterhubungan antar materi. Untuk siswa yang masih berada pada tahap konkret guru perlu menyiapkan bahan belajar yang konkret seperti dengan menyiapkan media pembelajaran/alat peraga, untuk siswa yang berada pada tahap abstrak (sudah mempunyai ide-ide atau mengetahui konsep yang akan dipelajari) siswa dapat diminta langsung mengerjakan lembar kerja. Setelah siswa sudah memahami informasi secara konkret siswa dapat diarahkan untuk bergerak kearah yang lebih kompleks untuk melihat keterkaitan antar materi.

Diferensiasi konten dapat dilakukan dengan melihat minat murid. Murid diberi kebebasan dalam mencari informasi sesuai dengan minat mereka. Diferensiasi konten berdasarkan profil belajar murid dapat dilakukan dengan memastikan murid dapat mengakses materi ajar sesuai dengan gaya belajarnya baik visual, auditori, maupun kinestetik.

 

2)      Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai tentang materi yang akan dipelajari. Setelah memetakan kebutuhan belajar murid, yang harus dicermati adalah bagaimana kebutuhan tersebut terpenuhi serta bagaimana caranya, proses seperti apa yang perlu disiapkan agar dapat mengetahui bahwa setiap murid belajar, apakah siswa akan belajar mandiri atau berkelompok, seberapa banyak jumlah bantuan yang dapat kita berikan pada setiap murid, siapa saja yang memerlukan banyak bantuan dan siapa saja yang membutuhkan pertanyaan pemandu sehingga murid dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam kcenario pembelajaran yang akan dirancang.

Cara melakukan deferensiasi proses:

a). kegiatan berjenjang, dimana setiap murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan yang sama namun dilakukan dengan tingkat dukungan, tantangan, dan kompleksitas yang berbeda-beda.

b) menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang harus diselesaikan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan mendorong murid untuk mengeksplorasi berbagai materi yang sedang dipelajari sesuai dengan minat murid.

c) membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk seluruh kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka murid dapat melihat agenda individual dan mengerjakan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka.

d) memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Tujuannya untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.

e) mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar murid baik visual, auditori maupun kinestetik.

f) menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid.

 

3)      Diferensiasi produk

Tentang tagihan apa yang diharapkan pada murid. Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan pada guru. Produk adalah sesuatu yang berwujud hasil dari apa yang dilakukan/dipelajari murid, dapat berupa tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, video, dll.  Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebelum menentukan penugasan produk ini perlu terlebih dahulu mempertimbangkan tentang kebutuhan belajar murid. Penugasan produk harus membantu murid baik secara individu maupun kelompok, menggunakan atau memperluas apa yang mereka pelajari pada perode waktu tertentu. Produk ini penting bukan hanya untuk mewakili pemahaman dan aplikasi yang lebih luas tetapi juga merupakan elemen penting kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid. Diferensiasi produk meliputi dua hal, yaitu memberi tantangan dan keragaman/variasi dan memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspektasi seperti apa yang diharapkan dari murid, kualitas pekerjaan seperti apa yang diinginkan, diantaranya menentukan: a) kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; b) konten apa yang harus ada pada produk; c) bagaimana cara mengerjakan; dan d) sifat dari produk akhir apa yang diharapkan. 

b.      Video 2

Informasi atau fakta yang disampaikan tentang lingkungan yang mendukung pembelajaran yang berdeferensiasi. Yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan ligkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi adalah membangun learning community. Learning community (komunitas belajar) adalah komunitas yang semua anggotanya adalah pemelajar. Guru-guru akan memimpin murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang saling mendukung tumbuhnya lingkungan belajar.

Adapun karakteristik komunitas belajar yang disebutkan oleh Carol dan Tomlinson, yaitu:

1)      Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik.

Ikim belajar di kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi akan terasa sangat positif, kehadiran setiap orang akan dihargai. Tidak hanya terlihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan menyambut dengan baik setiap murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antar murid. Ruang kelas juga akan dipenuhi dengan berbagai macam pekerjaan murid, atau berbagai hal dimana murid berperan di dalamnya.

2)      Setiap orang di dalam kelas tersebut saling menghargai.

Di dalam sekolah yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, sikap saling menghargai akan tampak menonjol. Setiap orang baik guru maupun murid, orang tua atau kepala sekolah akan saling berbagi kebutuhan akan perasaan diterima, dihormati, aman, dan sukses. Bagaimanapun karakteristik setiap murid pasti mempunyai emosi yang sama. Oleh karena itu, dalam kelas-kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdeferensiasi guru akan mengajarkan murid-muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka miliki terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut. Guru membantu murid untuk memecahkan permasalahan secara konstruktif dan tidak akan pernah membuat perasaan siapapun menjadi kecil.  

3)      Murid akan merasa aman

Bukan hanya terkait dengan keamanan fisik namun juga secara psikis. Murid-murid yang berapa pada kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdeferensiasi tahu persis bahwa mereka boleh bertanya jika mereka membutuhkan bantuan, mengatakan tidak tahu jika mereka memang tidak tahu, tidak masalah jika murid memberikan jawaban yang kurang tepat. Murid tahu bahwa dengan belajar mereka dapat mengambil resiko untuk mencoba berbagai macam ide-ide kreatif.  

4)      Ada harapan bagi pertumbuhan

Tujuan dari pembelajaran berdeferensiasi adalah untuk membantu setiap murid dapat tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya sehingga guru akan berusaha untuk mengetahui perkembangan setiap muridnya dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan sedangkan siswa akan memahami pertumbuhan mereka sendiri. Siswa akan memahami tujuan pembelajaran dan bagaimana mereka mencapainya. Guru hendaknya memperhatikan dan mencatat sekecil apapun pertumbuhan yang dicapai murid

5)       Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan

Di kelas-kelas yang menerapkan pembelajaran berdifernsiasi tujuan guru adalah mencari tahu dimana posisi murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai sehingga guru dapat memberikan pengalaman belajar yang dapat mendorong murid melampaui zona nyaman mereka sehingga murid merasa tertantang. Dalam menghadapi tantangan tersebut guru dapat memberikan scaffolding yaitu suatu teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga pada akhirnya, murid dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam proses pembelajaran

6)      Ada keadilan dalam bentuk yang nyata

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berdifernsiasi, adil berarti memastikan setiap murid mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Guru dan murid saling bekerja sama untuk memastikan kelas berjalan baik untuk setiap murid

7)      Guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.

Walaupun guru merupakan pemimpin kelas namun murid juga dapat mengambil tanggung jawab untuk kesuksesan kelasnya. Mereka akan berusaha menyelesaikan pekerjaan mereka, memecahkan semua permasalahan dengancara yang konstruktif dan akan membantu mengembangkan rutinitas kelas yang efektif.

 

c.       Artikel

Informasi atau fakta yang disampaikan tentang proses penilaian yang memegang peranan penting dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi.

Tomlinson & Moon (2013) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

 

Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:

1.      Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (on-going assessment)

2.      Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif

3.      Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid- murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang  sangat penting. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga lewat proses ini, guru akan dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut. Penilaian formatif tidak hanya dapat dilakukan secara tertulis. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman sebaya maupun guru), dan sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif yang mungkin dapat dilakukan guru dengan mudah:

1.   Tiket Keluar. Guru memberikan pertanyaan yang diajukan kepada semua murid sebelum kelas berakhir. Murid menulis jawaban mereka pada kartu atau selembar  kertas dan menyerahkannya saat mereka keluar kelas. Teknik penilaian formatif ini melibatkan semua murid dan memberikan bukti yang sangat penting tentang pembelajaran saat itu bagi guru.

2.   Tiket Masuk. Guru juga bisa memberikan sebuah pertanyaan kepada semua murid sebelum pelajaran dimulai. Jawaban murid dapat menilai pemahaman awal murid terkait dengan materi yang akan didiskusikan atau sebagai ringkasan pemahaman murid terhadap materi hari sebelumnya.

3.   Berbagi 30 Detik. Dengan strategi ini, murid secara bergiliran melaporkan sesuatu yang telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik. Target yang Anda cari dalam kegiatan ini adalah bagaimana pemahaman murid dikaitkan dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Dapat dijadikan sebagai rutinitas di akhir  pelajaran sehingga semua murid memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, berbagi wawasan, dan mengklarifikasi apa yang dipelajari.

4.   Nama dalam toples. Guru bisa meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas & kemudian memasukkannya dalam toples. Guru kemudian bisa  mengajukan sebuah pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari, kemudian secara random mengambil sebuah potongan kertas di toples, dan meminta beberapa anak yang namanya tertulis di potongan kertas tersebut menjawab pertanyaan secara bergantian.

5.   3-2-1. Di akhir pembelajaran, strategi ini memberikan murid cara untuk merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari. Tiga petunjuk dapat disediakan bagi murid untuk menanggapi yaitu: 3 hal yang tidak murid ketahui sebelumnya, 2 hal yang mengejutkan murid tentang topik tersebut, 1 hal yang ingin murid mulai lakukan dengan apa yang telah dipelajari.

6.   Refleksi. Apapun bentuk refleksi yang dilakukan, refleksi dapat menjadi alat penilaian formatif yang sangat berguna bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman murid dan apa yang masih menjadi kebingungan mereka.

7.   Pojok pemahaman. Minta murid pergi ke pojok-pojok kelas sesuai dengan pemahaman mereka. Jika mereka tidak memahami topik yang sedang dibahas, mereka dapat pergi ke salah satu sudut dengan murid yang memiliki tingkat pemahaman yang sama. Sementara jika sudah memahami, mereka dapat pergi ke sudut yang lain. Ini dapat menjadi informasi buat guru, misalnya jika guru ingin memasangkan murid yang “sudah mengerti” dengan murid yang kesulitan dan meminta murid berkolaborasi untuk memahami materi yang menantang.

8.   Strategi 5 jari. Minta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang diajarkan dengan menggunakan 5 jari. 5 jika mereka sudah paham sekali, 1 jika mereka tidak paham sama sekali. Cara ini cukup cepat dan mudah untuk mengetahui gambaran umum pemahaman murid sehingga guru dapat menyesuaikan pembelajaran selanjutnya berdasarkan informasi ini.

2.   Gagasan baru apa yang Anda dapatkan dari video dan artikel yang Anda lihat?

Gagasan baru yang saya dapatkan diantaranya

a.       Video 1

Dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan tiga strategi diferensiasi, yaitu: diferensiasi konten dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid, diferensiasi proses agar murid dapat memahami dan memaknai informasi apa yang dipelajari, dan diferensiasi produk untuk memberikan tantangan dan memberikan murid pilihan untuk dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Ketiga strategi tersebut mengacu pada kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

b.      Video 2

Guru hendaknya mampu membangun learning community untuk menciptakan ligkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi.

Learning community (komunitas belajar) adalah komunitas yang semua anggotanya adalah pemelajar untuk mengembangkan sikap dan praktek yang mendukung komunitas ini.

c.       Artikel

Strategi penilaian formatif yang dapat dilakukan guru dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, antara lain: 1) Tiket Keluar; 2) Tiket Masuk; 3) Berbagi 30 Detik; 4) Nama dalam Toples. Guru bisa meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas & kemudian memasukkannya dalam toples. Guru kemudian bisa  mengajukan sebuah pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari, kemudian secara random mengambil sebuah potongan kertas di toples, dan meminta beberapa anak yang namanya tertulis di potongan kertas tersebut menjawab pertanyaan secara bergantian; 5) 3-2-1. Di akhir pembelajaran, strategi ini memberikan murid cara untuk merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari. Tiga petunjuk dapat disediakan bagi murid untuk menanggapi yaitu: 3 hal yang tidak murid ketahui sebelumnya, 2 hal yang mengejutkan murid tentang topik tersebut, 1 hal yang ingin murid mulai lakukan dengan apa yang telah dipelajari; 6) Refleksi; 7) Pojok Pemahaman; 8) Strategi 5 Jari. Minta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang diajarkan dengan menggunakan 5 jari. 5 jika mereka sudah paham sekali, 1 jika mereka tidak paham sama sekali

 

3.   Apakah yang menurut Anda akan sulit diimplementasikan? Mengapa?

Menurut saya hal yang akan sulit diimplementasikan adalah tentang penilaian formatif. Karena penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan terkait topik yang dipelajari pada setiap kelas sehingga memerlukan pemikiran yang kritis dan pemantauan yang tajam. Untuk itu guru hendaknya mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk dapat melaksanakan penilaian formatif tersebut.

Selain itu sulit menurut saya memahami tingkat kesiapan murid, minat belajar, serta profil belajar yang berbeda-beda dari setiap murid apalagi dengan situasi pembelajaran daring seperti saat ini. Sehingga perlunya usaha sungguh-sungguh untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, menetapkan dalam hati dengan penuh keyakinan kita pasti bisa menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Tentunya untuk menciptakan pembelajaran yang berdiferensiasi perlunya kolaborasi baik dengan murid bahkan dengan orang tua serta Kepala Sekolah, dan Rekan Guru lainnya.

 

4.   Pertanyaan apakah yang masih Anda miliki atau klarifikasi apakah yang masih Anda perlukan terkait dengan isi video dan artikel tersebut?

  1. Bagaimana bentuk perangkat pembelajaran baik RPP beserta rublik penilaian pembelajaran diferensiasi?
  2. Apakah pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan untuk pembelajaran jarak jauh dengan moda daring? Bagaimana menghadapi kendala dan hambatan yang mungkin terjadi dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi?
  3. Bagaimana mengidentifikasi aspek kebutuhan belajar murid sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi?
  4. Penilaian asesmen seperti apa yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi?

 
;