1.2.a.7 Demonstrasi Kontekstual - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Koneksi
Antar Materi – Nilai dan Peran Guru Penggerak
Nilai dan Peran Guru Penggerak sebagai
Perwujudan Merdeka Belajar dan Penanaman Profil Pelajar Pancasila
Oleh
:
Popy
Susilawati
SMA
Negeri 2 Amlapura
Sebagai
Calon Guru Penggerak (CGP) sosok seperti apa yang harus kita miliki untuk
mewujudkan merdeka belajar? Tentu saja semuanya dimulai dari diri. Seorang guru
penggerak harus memilki nilai-nilai berikut: Pertama Mandiri yaitu guru penggerak tidak tergantung kepada orang lain ketika
menyelesaikan tugas dan melaksanakannya
dengan penuh rasa tanggung jawab. Kemudian Reflektif
yaitu melakukan refleksi terhadap praktik mengajar, menemukan kelebihan dan
kekurangan, meminta umpan balik dari guru maupun dari siswa. Yang ketiga yaitu Kolaboratif seorang guru penggerak
harus mampu bekerja sama dengan siapa
dan kapan saja. Inovatif adalah nilai
berikutnya yaitu mempunyai ide-ide baru dan merealisasikannya dalam
pembelajaran. Nilai yang kelima yaitu Berpihak
pada murid dimana segala daya dan upaya yang dilakukan untuk kepentingan
murid. Kelima nilai tersebut harus kita miliki. Selain itu perwujudan Profil
Pelajar Pancasila juga harus ada dalam diri setiap guru penggerak.
Selain
memilki nilai-nilai tersebut seorang guru penggerak juga harus memilki peran berikut
yang pertama Menjadi pemimpin
pembelajaran yaitu menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada
komponen yang terkait dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar
mengajar, assesmen, pengembangan guru, serta komunitas sekolah, dll. Kedua Menggerakkan komunitas praktisi yaitu
berpartisifasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk rekan guru baik di
sekolah maupun wilayahnya. Ketiga Menjadi
coach bagi guru lain yaitu harus mampu mendeteksi potensi yang bisa
ditingkatkan dari rekan sejawatnya. Keempat Mendorong kolaborasi antar guru yaitu melakukan kolaborasi serta
mampu memetakan para pemangku kepentingan di sekolah (serta luar sekolah),
serta membangun dialog antar para pemangku kepentingan tersebut. Kelima Mewujudkan kepentingan murid yaitu
mampu mampu memunculkan motivasi murid sehingga dapat mewujudkan kemandirian
dalam belajar juga mampu mendidik karakter murid di sekolah untuk menerapkan
profil pelajar pancasila.
Berdasarkan
pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan itu adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota
masyarakat (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1. paragraf 4). Kata
menuntun ini memiliki arti yang luar biasa dimana kita harus bertindak sebagai
Among yang menghargai kodrat alam dan kodrat zaman yang dimiliki peserta didik.
Untuk mewujudkan maksud pendidikan yang disampaikan oleh KHD berarti
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dimana prosesnya
berpihak pada murid. Kalimat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya menjadi tujuan utama dalam menciptakan proses pembelajaran
yang berpihak pada murid. Kita harus melakukan peran dan menerapkan nilai yang
diharapkan dimiliki seorang guru penggerak secara berkesinambungan atau terus
menerus sehingga memberikan contoh praktik baik bagi yang lainnya.
Zaman
saat ini telah berubah kemajuan teknologi sudah sangat pesat murid kita
mempelajarinya dengan mandiri bahkan mungkin ada yang lebih baik dari kita.
Namun dalam pendidikan perwujudan Profil Pelajar Pancasila diharapkan dimiliki
oleh murid agar menjadi murid yang berbudi dan berkarakter. Profil pelajar
pancasila yang harus dimilki peserta didik adalah Beriman dan Bertakwa kepada
Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global,
Bernalar Kritis, dan Mandiri. Diharapkan peserta didik memiliki nilai-nilai
tersebut untuk membentuk kebudayaan yang berbudi. Kodrat alam dan kodrat zaman
dapat dipelihara dengan menjaga kebudayaan yang kita miliki sebagai potensi
perkembangan zaman yang beradab
Sebagai
seorang guru penggerak harus memilki strategi untuk perwujudan peran yang ingin
dimiliki di masa yang akan datang. Kelima peran yang ingin diwujudkan dapat
diciptakan dengan melakukan pergerakan secara berkesinambungan. Dalam peran
sebagai pemimpin pembelajaran selalu mempelajari hal-hal baru agar proses
pembelajaran lebih menyenangkan dan berpihak pada murid. Menggerakkan komunitas
praktisi dapat terwujud dengan sering berkolaborasi untuk menciptakan iklim
merdeka belajar. Bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk melakukan
perubahan dan tindakan positif. Menjadi coach bagi guru lain mencoba menemukan
potensi dari rekan - rekan dan berkolaborasi dalam perwujudan merdeka belajar.
Mendorong kolaborasi antar guru bekerja sama membuat media pembelajaran, saling
merefleksi diri dalam kegiatan mengajar dan mewujudkan kepemimpinan murid
strateginya adalah memunculkan motivasi murid dengan pembelajaran yang berpihak
pada murid misalnya diberi kebebasan melakukan inovasi, murid juga bebas
menentukan sumber belajar yang mereka sukai. Sehingga minat dan bakat mereka
bisa berkembang dengan baik.
Dalam mewujudkan peran sebagai guru penggerak semua pihak memberikan peran. Rekan-rekan guru berperan melakukan kolaborasi dan refleksi terhadap proses pembelajaran. Kepala sekolah dan Komite berperan sebagai pendukung menentukan kebijakan dalam perwujudan merdeka belajar. Murid memiliki peran utama sebagai tujuan utama menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan mengajarkan mereka sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Dukungan keluarga juga menjadi motivasi terbesar dalam melaksanakan peran dan nilai sebagai guru penggerak. Fasilitator dan pengajar praktik serta rekan-rekan CGP juga memiliki peran yang luar biasa, mendapat ilmu dan berbagi pengalaman. Dan yang paling utama adalah Berkah dan Ridha dari Allah SWT. Semoga dapat mewujudkan seorang Guru Penggerak yang dapat memiliki peran dan nilai yang positif untuk menerapkan profil pelajar pancasila baik dalam diri murid maupun dalam diri seorang guru penggerak untuk mewujudkan merdeka belajar. Salam dan Bahagia.
https://drive.google.com/file/d/1veXW3NpjwyRxY6-VEr-MWc_rFDr8Um-p/view?usp=sharing
Pemikiran
KHD Memberi Cita
Gelap, sunyi, kehidupan tanpa didik dan ajar
Semua berlaku pada ingin yang tak berujung
Kemudian Wadah itu hadir di bumi Indonesia menjadi
lentera penerang laku
Semua berawal dari diri lalu mengubah dunia
Disinilah peradaban dimulai lewat pengajaran dan
pendidikan.
Banggalah …….kodrat manusia dijunjung tinggi untuk
mencapai kehidupan berbudi.
Kodrat alam, kodrat zaman yang dimiliki tunas bangsa
dihargai dan dipupuk
Dipelihara dengan cinta dan rasa berharap suatu hari
memberikan bahagia.
Biarkan semua tetap beredar mengelilingi sang surya
dengan kecepatan yang berbeda.
Yang terpenting jangan berhenti bergerak!
Tidak perlu mengubah apapun karena tugas kita
menuntun.
Merdeka belajar,
Merdeka berpikir,
Merdeka berkarya.
Bapak Ki Hadjar Dewantara pemikiranmu sungguh luar
biasa demi peradaban Indonesia. Izinkan kami melanjutkannya.
Popy Susilawati
SMA Negeri 2 Amlapura
Koneksi
Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Merdeka
Belajar Dimulai dari Diri
Oleh :
Popy
Susilawati
SMA Negeri 2 Amlapura
Hal
yang dipercaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari
pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah bahwa semua siswa dapat menjadi
pandai dan berprestasi dengan memperbaiki kebiasaan belajarnya. Sebagai
pendidik kita mengharapkan banyak hal dari siswa yaitu ingin mereka berprestasi,
aktif dan yang utama menuntaskan seluruh target pembelajaran yang telah
ditentukan. Berdasarkan pengalaman, siswa tidak ada yang mengeluh secara
langsung hanya meminta perpanjangan waktu. Setiap akhir semester seluruh
pembelajaran terselesaikan dalam bentuk angka. Sering sekali kita sebagai pendidik merasa
sudah melaksanakan tugas sebagai guru, namun pertanyaan sering muncul
tiba-tiba. Sudahkah berperan sebagai pendidik dan pengajar? Hal yang utama
sudahkah kita sebagai pendidik ada di hati siswa? Apakah mereka berinteraksi
hanya untuk mendapat nilai? Mungkinkah ilmu yang berikan suatu hari nanti akan
bermanfaat bagi hidupnya?
Seiring
dengan timbulnya pertanyaan-pertanyaan tersebut yang terjadi merasa kesulitan
untuk mencari jawabanya karena tidak adanya ukuran pasti. Kemudian mempelajari
Pemikiran KHD dalam pendidikan membuat tersadar bahwa Maksud pendidikan itu
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia, maupun anggota masyarakat (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1.
paragraf 4). Kata menuntun ini memiliki arti yang luar biasa dimana kita harus
bertindak sebagai Among yang menghargai kodra alam dan kodrat zaman yang
dimilki peserta didik.
“Pendidikan
itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuataan kodrat
anak” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 5). Ini menunjukkan
peran kita sebagai pendidik, dimana setiap anak sudah memiliki kodratnya
sendiri tugas kita hanya menuntun untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Ketika kita menyampaikan sesuatu di kelas banyak potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Tugas kita hanya sebagai penjelas yang dimiliki
peserta didik.
Pengajaran
di dalam kelas harus memberikan pengaruh yaitu dapat memerdekakan manusia atas
hidupnya lahir. Sedangkan pendidikan merupakan merdekanya hidup batin. Dengan
kata lain KHD menjelaskan merdekannya lahir adalah pengajaran dan merdekanya
batin adalah pendidikan. Kemerdekaan ini dapat dicapai dengan bermain dalam
pendidikan sesuai dengan kodrat alam dan zaman.
Banyak
hal yang berubah setelah mempelajari Pemikiran KHD tentang Pendidikan dimana
mengubah cara mendidik anak di sekolah dengan memerdekakan lahir, batin dan
tenaganya. Mengajar anak sesuai dengan kodrat zaman. Memperhatikan latar
belakang peserta didik, keluarganya, potensi dirinya, minat dan bakatnya serta
cita-cita yang ingin dicapainya. Memberikan pelayanan sebagai among menghamba
dan berpihak pada anak mendidik dengan
seikhlas-ikhlasnya seperti orang tua mengurus anak kandungnya dengan memberi
cinta kasih yang tak berbatas.
“Anak
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa” Anak
lahir dengan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan pendidikan adalah meuntun (memfasilitasi/membantu)
anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk
menjadi manusia seutuhnya (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan). Tugas kita
sebagai pendidik hanya membantu menebalkan garis samar tersebut. Menebalkan
laku anak dengan konteks diri anak, wiraga yaitu masa anak-anak yang tidak
mengenal lelah, wiraga-wirama yaitu masa intelektual yang awalnya hanya
mengenal raga kemudian mengenal irama, merasakan irama bisa memberi dorongan
untuk melanjutkan dan menciptakan gerak-gerak berikutnya dan wirama yaitu masa
social mulai menyadari semseta bergerak. Menggunakan irama sebagai sumber
inspirasi menemukan kodrat lahirnya di dunia. Saat ditemukan mereka akan menjalani
kehidupan bahagia sepenuhnya.
Mendidik
anak selayaknya menanam benih padi yang dilakukan petani. Kita hanya dapat
menuntun agar padi tersebut tumbuh dengan baik, kita memelihara tanahnya
memberinya pupuk dan air, membasmi ulat dan hama lainnya yang akan mengganggu
tumbuhnya padi. Setiap anak memiliki potensinya sendiri tugas kita hanya
memberikan pemeliharaan terbaik agar menghasilkan generasi yang memiliki budi
pekerti yang baik. Salah satunya dengan mewujudkan profil pelajar pancasila.
Profil
pelajar pancasila yang harus dimilki peserta didik adalah Beriman dan Bertakwa
kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan
Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Diharapkan peserta didik memiliki
nilai-nilai tersebut untuk membentuk kebudayaan yang berbudi. Kodrat alam dan
kodrat zaman dapat dipelihara dengan menjaga kebudayaan yang kita milki sebagai
potensi perkembangan zaman yang beradab.
Peserta
didik di among dengan tetap memperhatikan kodrat mereka. Pembelajaran di kelas dapat
diterapkan dengan merdeka belajar. Salah satunya tidak menjadikan target
penilaian sebagai acuan. Peserta didik dapat bebas menentukan sumber belajar
yang mereka sukai. Mereka bebas bereksplorasi dengan lingkungan sekitar.
Penerapan mencari sumber belajar dari berbagai bentuk menjadi salah satu hal
yang dapat segera diterapkan. Peserta didik dapat mencari sumber informasi dari
mana saja, anak yang suka teknologi dapat mencari melalui internet dan
handphone, ataupun mema;ui media social, anak yang memiliki kemampuan membaca tinggi
dapat mealalui buku yang bisa mereka dapatkan di perpustakaan ataupun koleksi
buku pribadi. Peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan imajinatif dapat
mencari inspirasi dilingkungan sekitar. Biarkan semuanya beredar di garisnya
masing-masing untuk menemukan bakat mereka.
https://drive.google.com/file/d/1OhE5AWQb3v49jKQOVmfRdN_0a3drl7J7/view?usp=sharing