Selasa, 16 November 2021

1.1.a.9 Koneksi Antar Materi - Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Merdeka Belajar Dimulai dari Diri

Oleh :

Popy Susilawati

SMA Negeri 2 Amlapura


Hal yang dipercaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah bahwa semua siswa dapat menjadi pandai dan berprestasi dengan memperbaiki kebiasaan belajarnya. Sebagai pendidik kita mengharapkan banyak hal dari siswa yaitu ingin mereka berprestasi, aktif dan yang utama menuntaskan seluruh target pembelajaran yang telah ditentukan. Berdasarkan pengalaman, siswa tidak ada yang mengeluh secara langsung hanya meminta perpanjangan waktu. Setiap akhir semester seluruh pembelajaran terselesaikan dalam bentuk angka.  Sering sekali kita sebagai pendidik merasa sudah melaksanakan tugas sebagai guru, namun pertanyaan sering muncul tiba-tiba. Sudahkah berperan sebagai pendidik dan pengajar? Hal yang utama sudahkah kita sebagai pendidik ada di hati siswa? Apakah mereka berinteraksi hanya untuk mendapat nilai? Mungkinkah ilmu yang berikan suatu hari nanti akan bermanfaat bagi hidupnya?

Seiring dengan timbulnya pertanyaan-pertanyaan tersebut yang terjadi merasa kesulitan untuk mencari jawabanya karena tidak adanya ukuran pasti. Kemudian mempelajari Pemikiran KHD dalam pendidikan membuat tersadar bahwa Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1. paragraf 4). Kata menuntun ini memiliki arti yang luar biasa dimana kita harus bertindak sebagai Among yang menghargai kodra alam dan kodrat zaman yang dimilki peserta didik.

“Pendidikan itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuataan kodrat anak” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 5). Ini menunjukkan peran kita sebagai pendidik, dimana setiap anak sudah memiliki kodratnya sendiri tugas kita hanya menuntun untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ketika kita menyampaikan sesuatu di kelas banyak potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Tugas kita hanya sebagai penjelas yang dimiliki peserta didik.

Pengajaran di dalam kelas harus memberikan pengaruh yaitu dapat memerdekakan manusia atas hidupnya lahir. Sedangkan pendidikan merupakan merdekanya hidup batin. Dengan kata lain KHD menjelaskan merdekannya lahir adalah pengajaran dan merdekanya batin adalah pendidikan. Kemerdekaan ini dapat dicapai dengan bermain dalam pendidikan sesuai dengan kodrat alam dan zaman.

Banyak hal yang berubah setelah mempelajari Pemikiran KHD tentang Pendidikan dimana mengubah cara mendidik anak di sekolah dengan memerdekakan lahir, batin dan tenaganya. Mengajar anak sesuai dengan kodrat zaman. Memperhatikan latar belakang peserta didik, keluarganya, potensi dirinya, minat dan bakatnya serta cita-cita yang ingin dicapainya. Memberikan pelayanan sebagai among menghamba dan berpihak  pada anak mendidik dengan seikhlas-ikhlasnya seperti orang tua mengurus anak kandungnya dengan memberi cinta kasih yang tak berbatas.

“Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa” Anak lahir dengan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan pendidikan adalah meuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan). Tugas kita sebagai pendidik hanya membantu menebalkan garis samar tersebut. Menebalkan laku anak dengan konteks diri anak, wiraga yaitu masa anak-anak yang tidak mengenal lelah, wiraga-wirama yaitu masa intelektual yang awalnya hanya mengenal raga kemudian mengenal irama, merasakan irama bisa memberi dorongan untuk melanjutkan dan menciptakan gerak-gerak berikutnya dan wirama yaitu masa social mulai menyadari semseta bergerak. Menggunakan irama sebagai sumber inspirasi menemukan kodrat lahirnya di dunia. Saat ditemukan mereka akan menjalani kehidupan bahagia sepenuhnya.

Mendidik anak selayaknya menanam benih padi yang dilakukan petani. Kita hanya dapat menuntun agar padi tersebut tumbuh dengan baik, kita memelihara tanahnya memberinya pupuk dan air, membasmi ulat dan hama lainnya yang akan mengganggu tumbuhnya padi. Setiap anak memiliki potensinya sendiri tugas kita hanya memberikan pemeliharaan terbaik agar menghasilkan generasi yang memiliki budi pekerti yang baik. Salah satunya dengan mewujudkan profil pelajar pancasila.

Profil pelajar pancasila yang harus dimilki peserta didik adalah Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Diharapkan peserta didik memiliki nilai-nilai tersebut untuk membentuk kebudayaan yang berbudi. Kodrat alam dan kodrat zaman dapat dipelihara dengan menjaga kebudayaan yang kita milki sebagai potensi perkembangan zaman yang beradab.

Peserta didik di among dengan tetap memperhatikan kodrat mereka. Pembelajaran di kelas dapat diterapkan dengan merdeka belajar. Salah satunya tidak menjadikan target penilaian sebagai acuan. Peserta didik dapat bebas menentukan sumber belajar yang mereka sukai. Mereka bebas bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Penerapan mencari sumber belajar dari berbagai bentuk menjadi salah satu hal yang dapat segera diterapkan. Peserta didik dapat mencari sumber informasi dari mana saja, anak yang suka teknologi dapat mencari melalui internet dan handphone, ataupun mema;ui media social, anak yang memiliki kemampuan membaca tinggi dapat mealalui buku yang bisa mereka dapatkan di perpustakaan ataupun koleksi buku pribadi. Peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan imajinatif dapat mencari inspirasi dilingkungan sekitar. Biarkan semuanya beredar di garisnya masing-masing untuk menemukan bakat mereka.

https://drive.google.com/file/d/1OhE5AWQb3v49jKQOVmfRdN_0a3drl7J7/view?usp=sharing

0 komentar:

Posting Komentar

 
;