Koneksi
Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Merdeka
Belajar Dimulai dari Diri
Oleh :
Popy
Susilawati
SMA Negeri 2 Amlapura
Hal
yang dipercaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari
pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah bahwa semua siswa dapat menjadi
pandai dan berprestasi dengan memperbaiki kebiasaan belajarnya. Sebagai
pendidik kita mengharapkan banyak hal dari siswa yaitu ingin mereka berprestasi,
aktif dan yang utama menuntaskan seluruh target pembelajaran yang telah
ditentukan. Berdasarkan pengalaman, siswa tidak ada yang mengeluh secara
langsung hanya meminta perpanjangan waktu. Setiap akhir semester seluruh
pembelajaran terselesaikan dalam bentuk angka. Sering sekali kita sebagai pendidik merasa
sudah melaksanakan tugas sebagai guru, namun pertanyaan sering muncul
tiba-tiba. Sudahkah berperan sebagai pendidik dan pengajar? Hal yang utama
sudahkah kita sebagai pendidik ada di hati siswa? Apakah mereka berinteraksi
hanya untuk mendapat nilai? Mungkinkah ilmu yang berikan suatu hari nanti akan
bermanfaat bagi hidupnya?
Seiring
dengan timbulnya pertanyaan-pertanyaan tersebut yang terjadi merasa kesulitan
untuk mencari jawabanya karena tidak adanya ukuran pasti. Kemudian mempelajari
Pemikiran KHD dalam pendidikan membuat tersadar bahwa Maksud pendidikan itu
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia, maupun anggota masyarakat (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1.
paragraf 4). Kata menuntun ini memiliki arti yang luar biasa dimana kita harus
bertindak sebagai Among yang menghargai kodra alam dan kodrat zaman yang
dimilki peserta didik.
“Pendidikan
itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuataan kodrat
anak” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 5). Ini menunjukkan
peran kita sebagai pendidik, dimana setiap anak sudah memiliki kodratnya
sendiri tugas kita hanya menuntun untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Ketika kita menyampaikan sesuatu di kelas banyak potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Tugas kita hanya sebagai penjelas yang dimiliki
peserta didik.
Pengajaran
di dalam kelas harus memberikan pengaruh yaitu dapat memerdekakan manusia atas
hidupnya lahir. Sedangkan pendidikan merupakan merdekanya hidup batin. Dengan
kata lain KHD menjelaskan merdekannya lahir adalah pengajaran dan merdekanya
batin adalah pendidikan. Kemerdekaan ini dapat dicapai dengan bermain dalam
pendidikan sesuai dengan kodrat alam dan zaman.
Banyak
hal yang berubah setelah mempelajari Pemikiran KHD tentang Pendidikan dimana
mengubah cara mendidik anak di sekolah dengan memerdekakan lahir, batin dan
tenaganya. Mengajar anak sesuai dengan kodrat zaman. Memperhatikan latar
belakang peserta didik, keluarganya, potensi dirinya, minat dan bakatnya serta
cita-cita yang ingin dicapainya. Memberikan pelayanan sebagai among menghamba
dan berpihak pada anak mendidik dengan
seikhlas-ikhlasnya seperti orang tua mengurus anak kandungnya dengan memberi
cinta kasih yang tak berbatas.
“Anak
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa” Anak
lahir dengan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan pendidikan adalah meuntun (memfasilitasi/membantu)
anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk
menjadi manusia seutuhnya (KHD. 1936, Dasar-Dasar Pendidikan). Tugas kita
sebagai pendidik hanya membantu menebalkan garis samar tersebut. Menebalkan
laku anak dengan konteks diri anak, wiraga yaitu masa anak-anak yang tidak
mengenal lelah, wiraga-wirama yaitu masa intelektual yang awalnya hanya
mengenal raga kemudian mengenal irama, merasakan irama bisa memberi dorongan
untuk melanjutkan dan menciptakan gerak-gerak berikutnya dan wirama yaitu masa
social mulai menyadari semseta bergerak. Menggunakan irama sebagai sumber
inspirasi menemukan kodrat lahirnya di dunia. Saat ditemukan mereka akan menjalani
kehidupan bahagia sepenuhnya.
Mendidik
anak selayaknya menanam benih padi yang dilakukan petani. Kita hanya dapat
menuntun agar padi tersebut tumbuh dengan baik, kita memelihara tanahnya
memberinya pupuk dan air, membasmi ulat dan hama lainnya yang akan mengganggu
tumbuhnya padi. Setiap anak memiliki potensinya sendiri tugas kita hanya
memberikan pemeliharaan terbaik agar menghasilkan generasi yang memiliki budi
pekerti yang baik. Salah satunya dengan mewujudkan profil pelajar pancasila.
Profil
pelajar pancasila yang harus dimilki peserta didik adalah Beriman dan Bertakwa
kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan
Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Diharapkan peserta didik memiliki
nilai-nilai tersebut untuk membentuk kebudayaan yang berbudi. Kodrat alam dan
kodrat zaman dapat dipelihara dengan menjaga kebudayaan yang kita milki sebagai
potensi perkembangan zaman yang beradab.
Peserta
didik di among dengan tetap memperhatikan kodrat mereka. Pembelajaran di kelas dapat
diterapkan dengan merdeka belajar. Salah satunya tidak menjadikan target
penilaian sebagai acuan. Peserta didik dapat bebas menentukan sumber belajar
yang mereka sukai. Mereka bebas bereksplorasi dengan lingkungan sekitar.
Penerapan mencari sumber belajar dari berbagai bentuk menjadi salah satu hal
yang dapat segera diterapkan. Peserta didik dapat mencari sumber informasi dari
mana saja, anak yang suka teknologi dapat mencari melalui internet dan
handphone, ataupun mema;ui media social, anak yang memiliki kemampuan membaca tinggi
dapat mealalui buku yang bisa mereka dapatkan di perpustakaan ataupun koleksi
buku pribadi. Peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan imajinatif dapat
mencari inspirasi dilingkungan sekitar. Biarkan semuanya beredar di garisnya
masing-masing untuk menemukan bakat mereka.
https://drive.google.com/file/d/1OhE5AWQb3v49jKQOVmfRdN_0a3drl7J7/view?usp=sharing
0 komentar:
Posting Komentar